ANTARIKSA MENURUT AL-QUR'AN
Antariksa Sangat Gelap
Allah berfirman, “Segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan gelap dan terang. Namun orang-orang kafir masih menyekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu.” (Al-An’am:1)
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa langit itu sangat
gelap. Kegelapan itu diantaranya:
1.
Kegelapan
awal semesta, yaitu pada masa setelah terjadinya ledakan besar hingga awal
proses peleburan inti atom.
2. Kegelapan local di bagian tertentu semesta, yaitu pada masa setelah dimulainya proses peleburan inti atom hingga masa kita sekarang. Pada masa inilah bintang-bintang diciptakan dan mulai memancarkan sinarnya ke luar angkasa. Sinarnya terdiri atas sinar inframerah, gelombang electromagnet, skpektrum-spektrum cahaya yang terlihat, sinar ultraviolet, sinar X, dan sinar gamma.
Kalau kita melihat kembali kembali kitabullah
yang diturunkan pada 1400 tahun yang lalu dimana waktu itu orang-orang belum
mengenal perjalanan ke langit, investasi antariksa, perjalanan melewati
atmosfer, dan seterusnya tentu ayat-ayat di atas adalah bukankah kepada mereka
salah satu pintu langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentunlah
mereka berkata, “Dan kalau kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit,
lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, “Sesungguhnya pandangan Kamilah yang dikaburkan,
bahkan kami adalah orang yang terkena sihir.” (Al-Hijr:14-15)
Inilah yang dikatakan oleh sang astronot,
“Sungguh kami menjadi buta.” Hal ini
telah diberitakan Al-Quran pada 1.400 tahun yang lalu. Bukankah ini bukti nyata
bahwa ayat-ayat itu adalah firman Sang Pencipta manusia?. Bahwa angkasa di luar
sana sangat gelap dan hanya bintang berkilauan yang bisa dilihat. Allah
berfirman, “Dan kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu
mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, ‘Sesungguhnya
pandangan Kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir.”
(Al-Hijr: 14-15)
Fakta-fakta diatas baru diketahui
manusia pada akhir abad ke-20, sedangkan Al-Quran telah menyebutkannya pada 1.400
tahun yang lalu. Ini menegaskan betapa tinggi kemukjizatan ilmiah Al-Quran di
bidang astronomi.
Hal lain lagi yang menguatkan “kekalnya”
kegelapan langit adalah sumpah Allah atas nama siang hari tatkala sedang
menampakkan matahari. “Allah Berfirman, “Demi
matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringnya, demi
siang apabila menampakkannya, demi bulan apabila mengiringnya, demi siang
apabilan menampakkannya, demi malam apabila menutupinya (gelap gulita).” (Asy-Syams:
1-4). Maksudnya, sianglah yang menjadilan matahari tampak jelas bagi penduduk
bumi yang melihatnya. Ini adalah bentuk kemukjizatan ilmiah Al-Quran yang lain.
Telah ditetapkan bahwa sinar matahari tidak bisa dilihat kecuali dalam bentuk
cahaya pada siang hari, bahwa alam semesta di luar Kawasan bumi sangat gelap
gulita, dan bahwa Kawasan siang hari pasti memiliki karakteristik-karakteristik
yang membuatnya bisa menampakkan sinar matahari guna menghidupkan bumi.
Adapun masuk ke langit tidak mungkin dilakukan kecuali melalui suatu pintu yang dibukakakn. Sedangkan pergerakan benda-benda angkasa hanya dalam lintasan berupa garis melengkung tidak lurus. Inilah yang oleh Al-Quran disebut uruj (naik ke langit).
Benda-Benda Angkasa Bergerak Dalam Garis Melengkung
Al-Uruj berarti naik dan keluar dari garis lurus atau
berjalan dalam lintasan melengkung. Stufi-studi ilmiah modern telah membuktikan
bahwa pergerakan benda-benda langit tidak mungkin dalam lintasan lurus, melainkan
pasti bengkok dan melengkung, sesuai dengan persebaran materi, sebesar apa pun
massanya, tidak mungkin bisa bergerak di alam semesta selain dalam garis
melengkung.
Keseimbangan yang akurat yang diciptkan
Allah antara kekuatan gravitasi dan kekuatan kontra-gravitasi yang disebabkan
oleh proses pengembangan semesta, itulah yang menentukan orbit semua
benda-benda langit dan kecepatan rotasinya pada porosnya masing-masing.
Bilamana kekuatan gravitasi bumi semakin
berkurang seiring dengan semakin tingginya benda di atas permukaan bumi,
kecepatan benda yang didorong ke angkasa pun akan berubah-ubah sesuai dengan ketinggian
benda itu di atas permukaan bumi. Yang mengontrok benda itu selanjutnya adalah
kekuatan gravitasi bumi dan kekuatan kontra-gravitasi yang mendorong benda itu
naik ke angkasa. Kecepatan putaran benda dalam mengelilingi bumi atau
benda-benda angkasa lain dalam tata surnya tau bajkan yang di luar tata surya
dan lebih besar bisa diukur secara akurat.
Teori relativisme membuktikan bahwa cahaya, sebagiamna materi, juga melengkung ketika melewati bisang yang terpengaruh oleh gaya gravitasi. Atas prinsip ini, semua pergerakan di alam semesta sama sekali tidak mengenal garis lurus. Jadi, setiap benda yang tersusun dari materi tidak mungkin bisa bergerak di alam semesta selain dalam lintasan garis melengkung. Bahkan, cahayapun demikian ketika melewati medan magnet. Medan magnet akan melengkungkan garis lintas cahaya.
LANGIT
DIPENUHI PINTU-PINTU
Allah berfirman, “Dan, kalau kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, “Sesungguhnya, pandangan Kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir.” (Al-Hijr 14-15)
Ayat tersebut menggambarkan corak penentangan dan
sikap keras kepala para pengikut kebatilan dalam menghadap kebenaran. Dua ayat
ini tergolong salah satu mukjizat terbesar di bidang astronomi. Studi-studi
astronomi sejak beberapa tahun belakangan ini membuktikan bahwa langit tidak
kosong sebagaimana diyakini banyak ulama, tetapi dipenuhi oleh materi-materi. Ada
materi dalam bentuk gas, seperti hydrogen, helium, dan sedikit oksigen, nitrogen,
neon, dan uap air. Ada pula sebagian materi dalam bentuk padat dan beraneka
ragam sinar, seperti sinar inframerah sinar X, dan sinar Gamma.
Semua itu semakin menyakinkan kita bahwa langit adalah bengunan yang kukuh, dipenuhi dengan materi dan energi, dan tidak mungkin diterobos kecuali dengan membuka pintu-pintunya. Sebagaiman langit yang dipenuhi pintu-pintu yang kukuh tingkat teratas dari atmosfer yang membungkus bola bumi juga dipenuhi oleh pintu-pintu. Oleh sebab itu, jika pesawat antariksa hendak keluar dari atmosfer, ia harus menempuh jalur tertentu dan terbatas. Ia harus melewati sudut dan jalur terntu afar selamat dari area gravitasi bumi menuju angkasa bebas.
ALAM SEMESTA, TERSUSUN DARI MATERI HITAM.
“Sesungguhnya,
Kami telah menghiasi langit dunia (yang terdekat), dengan hiasan
bintang-bintang.” (Ash-Shaffat:
6).
Sesungguhnya alam semesta ini bukanlah istilah intuk
ruang hampa dan materi yang bersifat hipotesis, seperti udara. Alam semesta
dipenuhi oleh materi tak terlihat, yaitu materi hitam yang mengisi ruang-ruang
hampa di antara bintang-bintang dan galaksi-galaksi.
Ukuran
massa materi hitam, yang tidak terlihat, lebih besar daripada massa
materi-materi yang terlihat di alam semesta. Padahal materi-materi yang
terlihat itu mencakup bintang-bintang galaksi-galaksi, benda-benda angkasa yang
terlihat itu mencakup bintang, galaksi dan benda ruang angkasa lainnya.
Kebanyakan
materi hitam di alam menjadikan bintang-bintang dan galaksi-galaksi tetap
berada di garis orbitnya selama berputar mengelilingi pusat revolusi. Tarikan
gravitasi materi hitam menyeimbangkan tarikan gravitasi pusat revolusi (Lubang
Hitam) sehingga bisa menjaga benda-benda langit tetap berada pada orbitnya. Ini
merupakan tafsiran atas firman Allah “yasbahun”
(beredar, berenang) pada surah Al-Anbiya’ ayat 33 dan Yasin ayat 40 di atas.
Pasalnya, yasbahun berarti adanya dua kekuatan yang memiliki pengaruh yang
seimbang.
Materi penyusunan alam semesta terdiri dari dua macam; materi penyusun utamanya adalah atom-atom dan materi yang penyusun utamanya adalah partikel-partikel tak beratom. Sejak diturunkan di bumi sebagai khalifah, manusia telah mengenal dua bentuk materi, yaitu padat dan cair. Kemudian pada abad ke-16 manusia menemukan bentuk materi yang ketiga, yaitu gas. Kemudian pada awal abag ke-20 sains menemukan bentuk materi keempat yaitu plasma, dan kemudian bentuk yang kelima yaitu getah, yang menggabungkan antara bentuk padat dan cair.
DEMI LANGIT YANG
MENGANDUNG AR-RAJ’U
Allah berfirman, “Demi
langit yang mengandung ar-raj’u dan bumi y ang mempunyai tumbuh-tumbuhan.”
(Ath-Thariq: 11-12).
Sang pencipta jagat raya mendeskripsikan langit
dengna satu kata: “Demi langit yang
mengandung ar-raj’u.” Ayat Al-Quran yang mulia diatas menunjukan salah satu
sifat terpenting langit, yaitu mengandung ar-raj’u
Ar-Raj’u sebagaimana dituturkan Ibnu Manzhur dalam Lisan Al-arab,
adalah tempat penampungan air. Menurut Al-Lihyani, langit dikatakan mengandung ar-raj’u karena ia mengembalikan (apa
yang datang dari bumi) dalam bentuik hujan. Kata ar-raj’u berasal Dario kata ar-ruju’,
yang berarti kembali dan memantulkan. Jadi, arti ayat di atas ialah bahwa
langit mempunyai tugas untuk mengembalikan dan memantulkan.
Langit mengembalikan uap air yang datang dari bumi dalam bentuk hujan, gelombang electromagnet dalam bentuk transmisi, dan gas-gas dengan segala perubahannya ke bentuk asalnya. Semua benda langit akan kembali ke tempatnya semual karena ia berputar dan bergerak dalam lintasan yang berbentuk elips. Maka, ketika Allah berfirman dalam ungkapan yang ringkas penuh mukjizat, “Demi langit yang mengandung ar-raj’u,” itu artinya bahwa firman tersebut bersumber dari Sang Pencipta semesta ini.
PENCIPTAAN TUJUH LANGIT BERLAPIS-LAPIS
Pada firman Allah yang berbunyi: Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.
Para pakar astronomi mengatakan bahwa lapisan pertama langit adalah lapisan
udara yang paling bawah tempat hidup makhluk hidup, seperti burung-burung dan
makhluk hidup lainnya. Lapisan ini pada mulanya berada hingga pada ketinggian
tidak lebih dari 16 kilometer.
Lapisan
kedua ialah lapisan yang di dalamnya terdapat molekul-molekul gas sulfide.
Gas-gas inilah yang berperan memecah awan dan mempermudah proses terjadinya
hujan. Lapisan ini terdapat pula ozon, yaitu gas yang mengandung konsentrasi O3
dan mampu mengisap sinar ultraviolet yang mematikan.
Lapisan
ketiga adalah lapisan yang menyerupai tungku nukllir yang sangat panas. Kalau bukan
karena lapisan ini asteroid dan meteoroid yang berjatuhan telah menghancurkan
segala yang ada di bumi.
Lapisan
keempat dari atmosfer adalah lapisan ionosfer, yaitu lapisan yang seluruh
areanya terionisasi, dengan ketinggian mencapai 80 kilometer. Lapisan ini
terkena radiasi matahari secara langsung, terutama oleh sinar ultraviolet.
Lapisan
kelima adalah eksosfer, yang terletak di atas lapisan termosfer dan merupakan
lapisan palimg atas dari atmosfer sampai pada ketinggian yang tidak diketahui.
Oleh karena itu, tidak ada batas yang jelas antara eksosfer dan luar angkasa. Yang
ajaib disini, Allah berfirman, “Dan, Kami
menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara namun mereka tetap berpaling
dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angina, awan, dan
lain-lain).” (Al-Anbiya’:32).
“Saqfan Mahfuzha” (atap yang terpelihara) berarti
dengan atap itu langit terpelihara. Sebagian ilmuan mengatakan sesungguhnya
atmosfer bumi adalah benteng yang nyata. Ia kurang rapat, tetapi sangat tebal. Ia
menyaring sinar matahari dan membakar meteor-meteor. Ia meleindungi dan
memelihara kehidupan kita karena hanya meloloskan hal-hal yang bermanfaat bagi
kita untuk bisa sampai di permukaan bumi. Atmosfer tidak meloloskan meteoroid,
asteroid, sinar-sinar yang mematikan, dan semua yang membahayakan bumi untuk
memasuki bumi. Atmosfer akan membakarnya atau menahannya tetap di angkasa. Lapisan
ozon menahan sinar ultraviolet dan menyerapnya.
Para astromom mengatakan bahwa galaksi yang sudah
terpantau hingga saat ini sekurang-kurangnya ada 200 miliar galaksi. Galaksi itu
berbeda bentuk, ukuran, massa, kecepatan rotasi pada porosnya, kecepatan
revolusi mengelilingi jagat raya, dan jumlah bintang-bintangnya. Ada galaksi
yang berbentuk spiral dan ada yang berbentuk ellips.
Galaksi-galaksi
ini berkelompok dalam suatu kelompok lokal, yang hanya menampung puluhan
galaksi. Kelompok lokal ini membentuk unit yang lebih besar yang dinamakan klister
galaksi. Klaster galaksi berkelompok dalam unit yang lebih besar lagi dinamakan
super klister galaksi. Sebuah super klister sekurang-kurangnya terdiri atas 100
klaster galaksi. Para pakar astronomi hingga kini telah mengenal sebanyak 16
super klister yang diameternya mencapai 20
miliar tahun cahaya.
Sesungguhnya,
alam semesta ini tiada terbatas. Setiap kali sains menemukan suatu galaksi yang
jauhnya puluhan miliar tahun cahaya, ia juga menemukan bahwa alam semesta ini
semakin tak terhingga dan diatur oleh satu hukum, yaitu hukum gravitasi.
Semua
benda di langit berputar dalam suatu lintasan atau orbit tertutup. Ia berputar
dan kembali lagi ke tempatnya semula. Gerakan berputar secara terus-menerus ini
memunculkan kekuatan dorongan dari pusat (kontra-gravitasi) yang menyeimbangkan
kekuatan gravitasi. Dari putaran yang tiada henti inilah kemudian timbul apa yang
dinamakan dengan keseimbangan gerak. Ini merupakan salah satu tanda kebesaran
Allah.
Semua benda di alam semesta ini berjalan pada garis edarnya dan tidak pernah melenceng sekalipun dari garis itu. Itu semua berkat kekuasaan Allah, Sang Pencipta. Sesungguhnya, Allah-lah sang pencipta alam semesta ini. “Sungguh Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap, dan jika keduanya lenyap, tidak ada seorangpun yang mampu menahannya selain Allah. Sungguh, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 41).
BUMI DICIPTAKAN
SEBELUM LANGIT
Sesungguhnya penciptaan alam semesta,
penciptaan manusia, bumi, dan langit adalah perkara gaib yang tidak bisa
ditangkap oleh indra manusia. Sebagian Mugasir di antaranya Ibnu Katsir,
berpendapat bahwa Allah pertama-tama menciptakan bumi, baru kemudian
menciptakan tujuh langit. Ibnu Katsir menambahkan bahwa penataan bumi agar siap
dihuni manusia dilakukan setelah penciptaan langit dan bumi.
Para ulama kontemporer menyatakan
bahwa bumi diciptakan dari langit yang masih berbentuk asap melalui empat
tahapan atau masa secara berturut-turut dan pada saat yang sama pembentukan
langit yang masih berbentuk asap melalui empat tahapan atau masa secara
berturut-turut dan pada saat yang sama pembentukan langit yang masih berbentuk
asap melalui dua tahapan sudah selesai. Kemudian penataan bumi, yaitu pembuatan
pelindung yang berupa atmosfer, air, dan bebatuan, dilakukan setelah itu.
Ini
sesuai firman Allah, “Dan setelah itu
bumi Dia hamparkan. Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya. Dan, gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh.” (An-Nazi’at:30-32).
Ahli-ahli astronomi berpendapat bahwa unsur-unsur yang terdapat di alam semesta telah selesai diciptakan melalui proses peleburan inti atom atau fusi nuklir, yaitu dengan dua tahapan. Pada tahap pertama, terbentuk unsur-unsur ringan secara langsung setelah terjadinya ledakan alam. Pada tahap kedua, terbentuk unsur-unsur berat dan sebagian materi ringan pada waktu ledakan terjadi.
PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI DALAM ENAM MASA
Allah berfirman, “Dan,
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.” (Hud:7)
Sebagian besar mudasir berpendapat bahwa yang dimaksud
ayyam dalam ayat-ayat tentang penciptaan
langit dan bumi adalah periode waktu tertentu (masa), bukan hari sebagaimana
yang biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Alasannya, Allah tidak
menambahkan redaksi mimma ta’uddun (menurut perhitunganmu), sebagaimana
firman-Nya dalam surah Al-Hajj ayat 47. Atas dasar inilah, enam masa tersebut
dibagi menjadi tiga bagian secara seimbang. Tiap-tiap bagian merepresentasikan
dua masa penciptaan.
Dua
masa digunakan untuk menciptakan bumi dari langit yang masih berbentuk asap
yang pertama. Hal ini sesuai firman-Nya, “……
Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua masa.” (Fushshilat: 9). Dua masa lagi
digunakan untuk mengatur kondisi geologi bumi dan menaklukkannya agar bisa
dimanfaatkan manusia. Ini sesuai dengan firman Allah, “Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kukuh di atasnya. Kemudian
Dia berkahi dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)-nya” (Fushshilat:10). Artinya, Allah memperbanyak
kebaikan-kebaikan di bumi, seperti air, tanaman, dan binatang, sebagai
persiapan untuk menyambut kedatangan manusia.
Pada tahun 1989, para astronom menemukan dinding terbesar yang melingkupi galaksi-galaksi. Dinding itu mereka namakan Great Wall.
LANGIT TERBELAH
DAN MENJADI MERAH MAWAR
Allah berfirman, “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti
(kilauan) minya.” (Ar-Rahman: 38).
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, “Dan, menjadi merah mawar seperti (kilauan
minyak),” artinya meleleh, seperti mentega dan emas di atas tungku peleburan. Dan
berwarna seperti pewarna yang kadang-kadang berwarna merah, kuning, biru atau
hijau. Pendapat lain menyatakan “Dan,
menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak,” artinya berwarna merah muda.
Adapun menurut Ibnu Abbas, “Dan, menjadi
merah mawae seperti (kilauan minyak),” berarti seperti kuda pemberani.
Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, “Artinya
menjadi berwarna-warni.” Sedangkan Mujahid berpendapat, “Seperti minyak,” berarti seperti warna mentega. Semua ini terdapat
dalam Tafsir Ibnu Katsir. Adapun Tafsir
al-Qurthubi menyatakan, artinya menjadi sebening mentega. Sa’id ibn Jubair
dan Qatadah berpendapat, artinya menjadi berwarna merah. Pendapat lain
menyatakan, artinya menjadi berwarna merah seperti mawar dan mentega yang dilelehkan.
Kalam Allah kini ada di tangan kita,
sebagai pedoman dan aturan hidup kita. Kita yakin bahwa Al-quran adalah
mukjizat Ilahi yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad sejak 1.400 tahun yang
lalu. Andaikata para ilmuwan Barat tahu kemukjizatan-kemukjizatan yang
dikandung ayat-ayat ini, niscaya merek aakan menemukan berbagai aral untuk
mendapatkan penemuan-penemuan tentang dunia antariksa.
Komentar
Posting Komentar